NEWS  

Refleksi 27 Tahun Reformasi, Forum Rumah Kita Ajak Generasi Muda Kritis Awasi Kinerja Pemerintah

oplus_1026

Magetan — Net88.co — Catatan hitam era orde baru masih menyisakan luka mendalam bagi kita semua. Apalagi tragedi penculikan 13 Aktivis 1998 yang hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Banyak sekali masyarakat sipil hingga pahlawan pergerakan menjadi korban kekejaman rezim Orde Baru yang otoriter, militeristik, dan penuh pelanggaran hak asasi manusia.

Untuk mengenang peristiwa kelam Orde Baru, Forum Rumah Kita menggelar acara Refleksi 27 Tahun Reformasi bertempat di Sekretariat Forum Rumah Kita Jalan Tripandita, No.8, Magetan. Rabu malam, (21/05/2025).

Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa, Lembaga serta Komunitas Pemuda seperti Karang Taruna, GP Ansor, IPNU, PMII, HMI, BEM, KNPI, GARDA NASDEM, dan masih banyak lagi.

Dalam acara kali ini, Forum Rumah Kita juga turut mengundang sejumlah aktivis, DPRD, serta Forkopimda Kabupaten Magetan. Namun sangat disayangkan tak ada satupun dari perwakilan Forkopimda hadir dalam acara tersebut.

“Dari Forkopimda tidak ada yang hadir satupun, padahal sudah kita undang sebelumnya, kalau dari DPRD ada rekan kita mas Gaguk yang hadir disini, ya mungkin bapak-bapak pejabat kita sedang sibuk,” kata Koordinator Forum Rumah Kita Rudi Setiawan saat ditemui awak media.

BACA JUGA :
Lembaga KPK-RI menilai Pembangunan RKB di SLB Sampang Diduga Proyek Abal-Abal

Meski begitu, tanpa kedatangan dari perwakilan Forkopimda acara tetap berjalan dengan lancar penuh semangat berkobar. Masing-masing perwakilan mahasiswa/pemuda menggaungkan orasi perjuangan reformasi 1998 sebagai refleksi mendalam atas perjalanan demokrasi bangsa Indonesia.

Rudi menjelaskan, dalam forum ini generasi muda dibebaskan untuk menyuarakan kritikan, sudut pandang, dan pendapatnya dalam mengobarkan semangat reformasi agar tetap relevan dalam tindakan nyata dengan secara bebas sebebas-bebasnya namun tetap santun.

Ia mengatakan, memang sudah banyak terjadi perubahan-perubahan pasca lengsernya orde baru, contoh nyata perihal demokrasi yang berkembang, lahirnya Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, dan pers saat ini menjadi sangat bebas. Berbanding terbalik dengan sebelumnya, sangat tertutup ruang untuk menyampaikan kritik terhadap rezim.

“Reformasi ini bukan sekedar peristiwa, namun perubahan tatanan kehidupan dari yang dulunya kebebasan berpendapat dibungkam sekarang bisa bebas menyuarakan kritikan, contohnya terbitnya UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik” ungkapnya.

BACA JUGA :
Inginkan Adanya Perubahan di Bumi Mageti, Mbah Tikno Kembalikan Berkas Cabup di Empat Parpol

Rudi menaruh harapan besar terhadap generasi muda agar melibatkan diri dalam segala situasi pemerintahan saat ini. Tak hanya menyuarakan pendapat dalam kebijakan krusial namun juga ikut mengawasi segala bentuk penyelenggaraan pemerintahan karena mereka memiliki peran sebagai agen perubahan dan kontrol sosial yang dapat memastikan pemerintah bertindak sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku.

Disini Pemuda berperan sebagai pengawas dengan cara mengedukasi masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka, memberikan masukan melalui saluran resmi, dan melaporkan jika ada pelanggaran.

“Generasi muda harus didorong untuk menumbuhkan keberanian dalam menyuarakan pendapatnya, karena peran mereka sangat vital dalam keberlangsungan pembangunan di Indonesia, sehingga kami berharap diskusi-diskusi seperti ini terus digelar supaya para generasi muda mampu memperjuangkan kepentingan masyarakat dengan menyuarakan kritik yang membangun terhadap kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat,” pungkasnya.

Dilain sisi, dalam orasinya salah satu aktivis kenamaan Magetan Syifaul Anam kembali mengingatkan adanya peristiwa masa kelam yang terjadi di Kabupaten Magetan. Yang mana sejarah hitam adanya aksi premanisme dan Intimidasi yang beliau alami saat menyuarakan kebenaran berkaitan dengan sejumlah kasus besar seperti Kunker Fiktif DPRD dan Korupsi Kawasan Industri Rokok di Bendo.

BACA JUGA :
Ramai Jadi Perbincangan Warga Net, Polemik Penutupan Jalan Barat Maospati Akhirnya Ditindaklanjuti

“Kembali saya mengingatkan Magetan juga memiliki sejarah kelam tepatnya 12 Juli 2013, aksi pembungkaman, premanisme, dan Intimidasi secara nyata terjadi di Magetan, dimana saat itu aktivis yang tengah menyuarakan kebenaran diserang oleh ratusan preman, dan pelakunya tidak pernah tertangkap, itu berarti bibit-bibit rezim intimidatif dan antidemokrasi masih terjadi di Kabupaten Magetan,” ucapnya saat berorasi.

Untuk itu, Syifaul Anam berpesan pada para mahasiswa maupun generasi muda lainnya untuk terus melawan ketidakadilan yaitu dengan memiliki rasa kesadaran, keberanian dan pengorbanan.

“Selama masih bernafas tentu perjuangan tidak akan pernah berakhir jadi laksanakan setiap kata-kata yang ada kebenarannya, seperti bait puisi yang dituliskan oleh WS. Rendra “Perjuangan Adalah Pelaksanaan Kata-kata”, tandasnya. (Vha)