Magetan || Net88.co || Berbicara tentang keberagaman suku, adat, bahasa, dan budaya telah di miliki oleh negara Indonesia sejak dahulu, sehingga semboyan Bhinneka Tunggal Ika dicetuskan untuk mengingatkan seluruh rakyat agar tetap menjunjung tinggi kerukunan ditengah-tengah adanya perbedaan budaya disetiap daerah.
Salah satu warisan nenek moyang yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini ialah kesenian Reog Ponorogo, bahkan ada sejumlah daerah yang mulai mengadopsi kesenian tersebut dengan mengkombinasikan setiap gerakan maupun cara berpakaian sehingga tercipta ciri khas berbeda dari masing-masing daerah itu sendiri.
Sebagai penggiat seni budaya Reog Ponorogo, komunitas Gagrak Magetan tengah merayakan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-3, dengan menggelar pentas seni Reog Ponorogo bertempat di Lapangan Desa Kalang, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jum’at siang, (24/05/2024).
Tak kurang dari 100 seniman diterjunkan untuk memberikan hiburan gratis pada masyarakat setempat dengan menampilkan tarian Jathilan, Ganongan, Klono Sewandono, Singo Barong atau dadak merak, dan ditutup dengan atraksi ekstrim Kucingan.
Sebelum dimulai, para seniman Gagrak Magetan menggelar Selamatan dan doa bersama serta ritual lainnya yang disimbolkan sebagai wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan limpahan rahmatnya sehingga Gagrak Magetan masih tetap eksis hingga diusianya yang menginjak diangka 3 tahun tersebut.
Saat ditemui awak media ditengah-tengah acara, Andri Agus Setiawan yang notabennya merupakan salah satu pengurus harian Gagrak Magetan menyampaikan, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan milad ke-3 Gagrak Magetan kali ini dikemas dalam acara yang lebih sederhana, namun tidak mengurangi makna dan kesakralan dari seni itu sendiri.
Bahkan dilihat secara sekilas, antuasiasme masyarakat terhadap warisan budaya Reog masih tergolong cukup tinggi, sehingga memberikan kesan sendiri bagi para seniman agar terus meningkatkan performanya dalam menampilkan atraksi disetiap acara yang dipentaskan.
“Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, HUT ke-3 Gagrak Magetan kali ini kita gelar dengan sederhana, meski begitu bukan berarti tidak meriah tapi lebih ke makna dan kesakralan yang ditampilkan oleh para pemain, inilah yang bisa menghipnotis para penonton yang hadir,” kata Andri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Gagrak Magetan terlahir dari ide dan gagasan para seniman di Magetan yang mempunyai visi dan misi sama, yakni melestarikan warisan budaya yang ditinggalkan nenek moyang supaya tetap eksis dan bisa tersampaikan pada generasi penerus bangsa/generasi muda.
“Awal mulai lahirnya Gagrak Magetan ini sangat luar biasa, kita sebagian para seniman dan seniwati khususnya di Kabupaten Magetan berkomitmen untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang agar tetap eksis dan diminati generasi muda, sehingga terlahirlah Komunitas Gagrak Magetan ini,” imbuhnya.
Disamping itu, diusianya yang sudah menginjak ke-3 tahun, banyak harapan dan cita-cita yang disampaikan oleh Andri, diantaranya mewujudkan pelestarian Kesenian Reog Ponorogo dengan melakukan pengenalan kepada siswa-siswa yakni mengadakan ekstrakurikuler di sekolah, baik SMP maupun SMA.
Disisi lain, agar lebih sering digelar event – event daerah yang melibatkan para seniman dan seniwati Reog, tentunya hal itu akan memberikan dampak positif yang berkepanjangan, selain memberikan kesejahteraan bagi para seniman di Magetan juga dapat menjaga kekayaan budaya asli Indonesia.
“Melalui pelestarian Reog Ponorogo, kita dapat menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan dapat diteruskan ke generasi mendatang. Hal ini juga memberikan peluang untuk mengembangkan pariwisata budaya, menghasilkan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.
Di penghujung acara, para penonton yang hadir disuguhkan dengan atraksi Epic Tarian Kucingan yang ditampilkan oleh pemain Reog. Masyarakat seolah-olah terhipnotis dengan atraksi yang disuguhkan karena dinilai cukup berbahaya. Kucingan merupakan sebuah kesenian tradisonal akrobatik yang menggunakan bambu yang dihubungkan sebuah tali tambang yang panjang, yang mana 2 orang pemain memanjat bambu dan melakukan atraksi diatas ketinggian. (Vha)