Magetan – Net88.co,- Diduga menyalahi bestek dalam pengerjaannya, tanggul jaringan irigasi di Desa Ngentep, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan yang belum lama di bangun, ambrol.
Hal itu dibuktikan saat awak media meninjau ke lokasi untuk melihat kondisi bangunan tanggul yang ambrol dan mengalami kerusakan yang lumayan parah. Selasa, (15/11/2022). Bangunan tanggul ambruk ke sisi aliran air sehingga menyebabkan saluran air terganggu, mengingat saat ini sedang terjadi musim penghujan di wilayah Kabupaten Magetan dengan intensitas hujan sedang hingga tinggi.
Ironisnya, tanggul yang merupakan proyek jaringan irigasi milik dari Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Magetan tersebut di duga selesai dibangun sekitar dua tahun lalu. Parahnya lagi tanggul tersebut ambruk karena diduga pondasi bangunan yang dikerjakan secara asal-asalan.
Sejumlah petani yang berhasil ditemui oleh awak media mengatakan tanggul ambrol disinyalir karena kontruksi bangunan yang tidak kokoh, sehingga roboh meski debit air di sungai tersebut belum tinggi, dan belum terjadi banjir besar.
“Ini memang sudah memasuki musim penghujan, di kawatirkan akan ambrol lagi. Memang di lihat dari segi pembangunan seperti dikerjakan asal-asalan, dari kedalaman pondasi juga dari ketebalan sayap atau tanggul. Apalagi sudah tahu di sekitar pembangunan ada bronjong bambu yang harusnya sebelum tahap pengerjaan itu dibersihkan dan diratakan (bronjong bambu) supaya ketahanan bangunan kokoh, tapi nyatanya tidak dilakukan, itu kan dapat menyebabkan pondasi mudah retak,” katanya.
“Kalau di lihat dari hasil pembangunan tidak sama dengan pembangunan tanggul sisi atas, yang atas itu kokoh dengan kwalitas pembangunan yang baik, gak seperti yang dibawah ini, terkesan asal,” ungkapnya sambil menunjukkan bangunan atas yang di maksud.
Sementara itu di hari yang sama melalui panggilan WhatsApp, saat dikonfirmasi Yuli K.Iswahyudi selaku Kepala Bidang SDA DPUPR Kabupaten Magetan mengatakan bahwa pekerjaan di bidangnya dalam dua tahun ini sudah tidak memakai pasangan batu, melainkan pakai cor cyclop.
“Dua tahun ini pekerjaan Bidang SDA sudah tak pakai pasangan batu, melainkan pakai Cor Cyclop,” katanya.
Lebih lanjut “Nanti kita anggarkan di tahun ini untuk perbaikan itu, ” imbuhnya.
Dari keterangan Kepala Bidang SDA tersebut dapat disinyalir pemeliharaan jaringan irigasi tidak dijalankan, sehingga bangunan yang telah selesai dan dioperasikan terkesan terlantar dan tidak terawat. Pemeliharaan jaringan irigasi dimaksud mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR Nomor 12/PRT/M/ 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Yaitu upaya menjaga dan mengamankan jaringan Irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus.
Mengingat pentingnya sebagai pemasok kebutuhan air tanaman, Menjamin ketersediaan air, Menurunkan suhu tanah, dan Mengurangi kerusakan akibat frost, keberadaan jaringan irigasi berperan vital untuk menjaga ketersediaan pangan di Indonesia, sehingga keberadaannya perlu mendapat perhatian dan pemeliharaan agar pengairan pada lahan pertanian tidak terganggu.
Permasalahan utama yang sering muncul pada irigasi salah satunya ialah kerusakan saluran akibat lemahnya pemeliharaan, sistem irigasi tidak lagi sesuai dengan tuntutan perubahan iklim, buruknya distribusi dan pengelolaan air, serta perbaikan dan pemeliharaan yang acap kali dijadikan proyek segelintir orang, seperti yang terjadi pada jaringan irigasi di wilayah Desa Ngentep tersebut. (Vha)