Diawal tahun 2022 Bupati Sumenep membuat terobosan yang baik dan Visioner dengan menginisiasi Pemberian seragam gratis untuk siswa-siswi Sekolah Dasar di Kabupaten Sumenep.
Terobosan Bupati Sumenep tersebut memiliki efek karambol dengan pemberdayaan UMKM dengan rencana pelibatan Penjahit lokal di Kabupaten Sumenep.
Bupati Achmad Fauzi faham, setelah dilanda pandemi selama dua tahun menimbulkan kondisi yang sangat sulit bagi pelaku ekonomi mikro khususnya segemen UMKM.
Program visioner untuk membangkitkan UMKM dan sekaligus sebagai supporting dan sinergi antar dinas untuk membuat program yang relibel dan menyentuh langsung kepada masyarakat melalui salah satunya Dinas Pendidikan diinisiasi oleh Bupati dengan program bantuan pengadaan seragam gratis, tentu dengan harapan hal ini akan sedikit membantu wali murid dengan adanya seragam baru bagi putra-putrinya plus dapat menghidupkan UMKM di daerah. Dan hal ini menjadi perbincangan positif di tengah masyarakat diawal tahun kemarin dan jelas secara ini menjadi investasi elektoral bagi Bupati Fauzi.
Dayung bersambut, setalah tahun 2023 berada diujung dan akan tutup tahun tiba-tiba berhembus kabar bahwa pengadaan seragam untuk siswa-siswi SD di Kabupaten Sumenep itu telah selesai tender dan pemenangnya atau lebih tepat dimenagkan oleh salah satu kontraktor yang tak perlu saya sebut namanya karena sudah sangat terkenal saat ini di dunia Per-CV-an.
Sebagaimana yang saya baca di media-media online bahwa proses pengadaan seragam SD tersebut tak lagi melibatkan UMKM tak lagi “Mengindahkan” visi Bupati, tak lagi sesuai dengan niat mulya Bupati untuk melibatkan UMKM Kab. Sumenep, karena ternyata pengadaan seragam SD untuk Siswa Baru di Kab. Sumenep ini diadakan langsung dan dipesankan dari pabrikan garmen di salah satu kanupaten diluar Madura.
Masyarakat khususnya pelaku UMKM beriak bereaksi karena kecewa, harapan bahwa mereka betul-betul akan dibantu dan diayomi oleh Bupati seakan sirna. Mimpi UMKM penjahit lokal bahwa mereka akan menikmati keuntungan finansial setelah terpuruk karena Pandemi C19 menjadi buyar dan ambyar, entah siapa yang salah.
Alibi dan alasan klisepun dilontarkan oleh Pemenang tender dan Kepala Dinas Pendidikan. Pemenang tender beralasan bahwa pelibatan UMKM penjahit lokal tidak masuk dan tidak ada dalam klausul kontrak sedang Kepala Dinas pendidikan beralasan bahwa ongkos jasa penjahit lokal mahal padahal ini kabarnya sudah inklud didalam nilai kontrak tersebut.
Entahlah hal ini sebagai bentuk pembangkangan terhadap Visi Bupati atau sebagai bentuk pengkhianatan terhadap niat mulia Bupati ?
Saya banyak “nguping” perbincangan Aktifis trotoar di warkop2 pinggir jalan yang seakan sudah tahu bahwa akan banyak program Dinas pendidikan yang akan bermasalah.apa pasal…..?
Setelah kami gali mereka dari awal diangkatnya Kepala Dinas Pendidikan yang baru dan bukan dari “orang Pendidikan” sudah mepredikasi hal tersebut.
Hal ini pernah sampai terjadi Demo berjilid-jilid sebagai penolakan dan agar Kepala Dinas Pendidikan diberikan kepada orang yang faham tentang Dunia pendidikan, Manajemen Sumber Dayanya beserta dinamika didalamnya. Meminjam istilah kekiniannya “The Rightman on the Right Place”.
Dan kemudian ada yang berargumen bahwa pendidikan bukan hanya soal Guru,Murid dan sekolah tapi soal manajemen dan orang yang ngerti manajemen sudah tepat untuk diangkat sebagai Kepala Dinas.
Ada yang nyeletuk ” ya tapi bukan asal Manajemen saja. Tapi harus manajemen pendidikan bukan manajemen Persekongkolan, bukan manajemen per-CV-an saja apalalagi hanya soal manajemen keuangan dan menajemen kepentingan pribadi”.
Ya kita tahu anggaran pendidikan ini kongkrit,valid dan rigid karena sudah diatur dan ditetapkan langsung oleh Peraturan Perundangan yaitu 20 % Dari APBD plus DAK dari APBN siapa yang tak Ngiler mengincar untuk jadi kepala Dinas pendidikan?.
Kemudian mari kita baca perjalan kepemimpinan Kadis yang bukan Orang pendidikan itu dan kita soundingkan dengan keraguan aktifis diawal pengangkatannya.
Kita masih ingat bagaimana amburadulnya saat terjadi mutasi kepala sekolah ? Masih ingat ?????. Masih ingat soal hiruk pikuk Pendistribusian dana DAK ? Ada sekolah rusak tapi yg diperbaiki dengan DAK malah WC-nya, masih ingat????. ditambah lagi kacaunya pengadaan seragam bsru untuk siswa SD ini ???. Kenapa ini semua ???.
“Iyye jeria mon kadisseh oreng se tak faham pendidikan” (iya kalau kadisnya tidak paham pendidikan) ini salah satu satu jawban netizen. Yang kemudian saya berfikir jangan-jangan keraguan aktifis yang demo diawal pengangkatan Kepala Dinas Pendidikan itu benar dan hari ini baru mendapatkan relevansinya.
Jika demikian saatnya Bapak Bupati mengembalikan dinas Pendidikan keoada “khittohnya” dan menerapkan manajeman “menempatkan orang yang tepat ditempat yang tepat”. Karena ada adegium arab yang arti bebasnya kurang lebih “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. Dan kita berharap tidak perlu menunggu pendidikan hancur dulu. Mari gakakkan tagar #Tahunbarukadisdikbaru
Gantikadisdik.
Bersambung………..
Ketua DPC. BaraNusa Sumenep.
Mantan Relawan AF.