NEWS  

Sisi Lain Sidoarjo, “Budaya Lama Tidak pernah ada Habisnya”

Sidoarjo, NET88.CO – Akhir-akhir ini, Polisi gencar memberantas kasus perjudian yang semakin menjamur di tengah masyarakat, khususnya di wilayah hukum sidoarjo, mulai dari pengaduan masyarakat dan pemberitaan beberapa media online di berbagai wilayah kecamatan, masih saja pelaku buka tutup bahkan berpindah pindah tempat.,. Salah satu jenis judi yang berhasil diungkap oleh pihak Polres Sidoarjo itu adalah sabung ayam. Senin, 09/10/2024

Dalam sejarahnya, permainan sabung ayam telah dikenal sejak lama di Indonesia, bahkan sejak zaman kerajaan Kerajaan Kadiri Chou Ju-Kua, seorang pegawai resmi Dinasti Song menuliskan dalam bukunya Chu-fan-chi, yang mengkisahkan bahwa ada dua kerajaan yang kuat dan kaya di kepulauan Asia Tenggara yaitu Sriwijaya dan Jawa (Kadiri).

Pada saat itu masyarakat jawa menganut dua agama: Buddha dan agama Brahmana (Hindu), yang terkenal pemberani serta pemarah, waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan kesenangannya adalah sabung ayam dan adu babi. Kala itu Mata uangnya.masih teebuat dari campuran tembaga, perak, dan timah.

BACA JUGA :
Menyamakan Persepsi Pengamanan Mudik Dan Hari Raya Idul Fitri, Polres Pamekasan Gelar Rakor Operasi Ketupat Semeru 2022

Seiring waktu terdapat juga kisah Sawunggaling di Jawa Timur. Berawal dari Jaka Berek yang beranjak dewasa bertanya kepada sang ibu mengenai sosok ayahnya. Dewi Sangkrah ( ibu Jaka berek ) pun menceritakan bahwa ayah Jaka Berek ialah seorang adipati di Surabaya.

Akhirnya, Jaka Berek pergi ke Surabaya membawa ayam kesayangannya. Ia bertekad menemui ayahnya.

BACA JUGA :
Study: Music Listening Near Bedtime Can Be Disruptive to Sleep

Sesampainya di sana, Jaka Berek bertemu dengan dua kakak tirinya, Sawungrana dan Sawungsari. Keduanya tidak percaya jika Jaka Berek adalah anak Jayengrono. Mereka bertiga kemudian melakukan adu ayam dan Jaka Berek lah yang jadi pemenangnya. Setelah adu ayam itu, Adipati Jayengrono menemui Jaka Berek. Ia yakin bahwa Jaka Berek adalah anaknya. Jaka Berek lah yang kemudian berhak meneruskan takhta sang ayah. Ia diberi gelar Raden Mas Ngabehi Sawunggaling Kulmosostronagoro.

Di zaman globalisasi saat ini bahwasanya masyarakat minoritas antara Surabaya dan Sidoarjo masih gemar melakukan judi sabung ayam, apakah karena sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dalam kehidupan keluarga atokah karena factor ekonomi yang pas-pasan mengharapkan kemenangan. Meksipun dampak yang ditimbulkan terbalik 360 derajat.

BACA JUGA :
PCNU Pamekasan Pertegas Istilah Non Muslim dan Kafir

Sudah sering terjadi akibatnya menimbulkan keributan/Keretakan dalam keluarga, membawa ke jurang kemiskinan sehingga hubungan dalam rumah tangga menjadi renggang dan di tumpuki oleh pinjaman, yang mengakibatkan banyak perbuatan negative seperi pencurian dan lain sebagainya.

Amat di sayangkan melihat masih banyaknya masyarakat yang senang melakukan praktek judi sabung ayam sekitar Surabaya dan Sidoarjo. menganggap perjudian sebagai hiburan. Sehingga perjudian sabung ayam tidak bisa di berantas habis, kalaupun ada kalangan ( arena adu ayam ) yang di bongkar dan di bakar serta pelaku di tangkap. Maka muncul tempat kalangan judi sabung ayam yang lain. Bersambung (B-SDA).

vvvv