Magetan — Net88.co — Kabar kurang sedap datang dari belasan pedagang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang menjadi sasaran aksi arogan yang disinyalir dilakukan oleh salah satu anggota paguyuban pedagang di seputaran Alun-alun Magetan.
Masalah itu terjadi saat adanya momentum Peringatan Hari Santri yang di gelar di Alun-alun Magetan pada 3 Oktober 2024 kemarin.
Salah satu pedagang kuliner Crepes yang bernama Baya menuturkan, dirinya merasa kecewa pada salah satu anggota paguyuban yang melarang pedagang lain berjualan di seputaran Alun-alun saat adanya event Peringatan Hari Santri. Menurutnya ada lebih dari 10 pedagang yang digusur lapaknya oleh anggota paguyuban.
“Tentunya saya merasa sangat kecewa, kami berjualan disitu juga sudah berizin sama anggota Satpol PP dan diizinkan karena kami tidak setiap hari berjualan disitu, hanya saat ada event-event besar saja,” katanya. Selasa, (05/11/2024).
“Ada lebih dari 10 pedagang mbak yang digusur lapaknya,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan pedagang lainnya Didik, yang sangat menyayangkan aksi arogan yang dilakukan seorang anggota paguyuban, yang pada saat itu melarang pedagang lain untuk berjualan. Padahal dirinya bersama belasan rekan sesama pedagang lain merupakan warga asli Magetan.
“Saya sangat menyayangkan adanya aksi seseorang yang bertindak arogan, yang kami ketahui orang itu merupakan anggota Paguyuban Pedagang Alun-alun, kami ini asli warga Magetan lho kenapa dilarang berjualan, sedangkan yang kami ketahui banyak sekali pedagang lain yang berasal dari luar kota malah diijinkan dan tidak diusik,” terangnya.
Berbeda halnya dengan pedagang donat kentang yang bernama Suprihatin yang menerangkan, berawal saat dirinya dan pedagang lainnya mulai berbenah mempersiapkan lapak untuk berjualan sehari sebelum event Hari Santri digelar, tepatnya pada sore hingga malam hari (02/11/2024). Namun secara tiba-tiba ada seseorang yang memindahkan lapak belasan pedagang tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu, bahkan diketahui pemindahan meja berikut barang-barang keperluan berjualan dilakukan secara kasar hingga ada yang mengalami kerusakan.
“Kita mulai persiapan menggelar lapak itu pada sore hingga malamnya, tiba-tiba tanpa ada konfirmasi ada seorang anggota paguyuban yang memindahkan lapak kami secara kasar, dibanting-banting, hingga meja saya rusak dan patah bagian kakinya,” ungkapnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Paulina pedagang minuman membeberkan, dirinya bersama pedagang lainnya tidak mungkin berani membuka lapak jualan jika tanpa izin sebelumnya dari pihak Satpol-PP. Namun saat membuka lapak jualan malah diusir oleh anggota paguyuban, kemudian mereka melapor kembali ke salah satu anggota Satpol PP diarahkan untuk berjualan di timur Alun-alun, namun ternyata masih tetap dilarang.
“Kami ini merasa kecewa kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi, kita sama-sama pedagang, bagaimana UMKM kita bisa maju jika kami dipersulit untuk mengembangkan usaha di wilayah sendiri,” ucapnya.
Disisi lain pedagang mamin Nunik mengatakan, terjadinya pemindahan meja lapak secara kasar dan tanpa komunikasi itu dilakukan oleh anggota paguyuban saat dirinya masih berada dilokasi, ketika dimintai penjelasan mengapa tidak boleh berjualan, anggota paguyuban tersebut berdalih bahwa tempat itu (depan Gedung Tripandita) merupakan area steril.
“Padahal saat kami minta ijin ke Satpol-PP sudah diarahkan bisa berjualan disitu, tapi malamnya kok diusir, kata orang paguyuban wilayah itu merupakan area steril, jelas terkesan mengada-ada,” pungkasnya.
Sedangkan pedagang lainnya yang bernama Dian dan Lukita merasa keberadaan para UMKM asli Magetan seperti dirinya justru merasa tersingkirkan apalagi saat ada event-event besar di daerah. Yang seharusnya pelaku usaha asli Magetan yang diprioritaskan diberikan tempat dan difasilitasi namun fakta yang terjadi justru dipersulit bahkan lapaknya digusur selama adanya event.
“Bagaimana ekonomi kerakyatan kita bisa maju jika pelaku UMKM asli Magetan tidak diberikan kesempatan dan tempat untuk mengembangkan usahanya, kita merasa dianak tirikan, kenapa pedagang yang dari luar daerah justru diberikan ijin dan tidak diusik,” keluh mereka.
“Mohon pada pihak-pihak terkait dapat memberikan jalan keluar bagi kami pedagang asli Magetan yang mencari peruntungan didaerah sendiri, tolong kami diperhatikan,”tutup mereka. (Vha)