NEWS  

Produk Survei Ilmiah Apa Survei Abal-Abal Biarlah Masyarakat Menilai

SUMENEP NET88.CO – Beredar berita di beberpa media daring bahwa 80,4 persen warga Sumenep tidak puas terhadap kinerja 100 hari pertama Bupati Fauzi dan Wakilnya, Imam, sempat trending layaknya berita Artis kesohor sedang buang air di hotel (Setelah buang hajat dengan orang lain tentunya).
Angka itu dikutip dari sebuah survei yang dimuat media daring rilpolitik.com, (media ini memang dari kemarin berdiri layaknya “oposisi” dan sering meberitakan pihak sebelah, tahu kan ????) lalu dengan cepat menyebar dan dikunyah oleh publik layaknya kebenaran yang tak bisa digugat. Sayangnya, jika kita mau sedikit bersusah-payah menengok lebih dalam, angka ini justru menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Masalah pertama, dan mungkin yang paling mendasar, adalah soal kredibilitas lembaga survei. Tidak ada nama resmi atau afiliasi akademik yang muncul. Tidak ada CV lembaga, tak ada nama penanggung jawab survei, tak ada rekam jejak publikasi ilmiah atau kerja sama dengan lembaga resmi. Bahkan sekadar menyebut jumlah responden pun alpa. Ini ibarat kita disodori hasil diagnosa penyakit mematikan oleh “dokter” yang tak punya izin praktik. Menakutkan, tapi tidak layak dipercaya.

BACA JUGA :
Polisi Berhasil Amankan Terduga Pelaku Pencurian Kotak Amal di Masjid Tulungagung

Berikutnya adalah soal metodologi. Survei serius (apalagi yang memuat klaim sebesar itu) semestinya memaparkan bagaimana responden dipilih, bagaimana pertanyaan diajukan, dalam rentang waktu berapa lama, hingga margin of error dan tingkat kepercayaan. Tak ada satu pun unsur metodologis itu ditemukan. Tak ubahnya membaca hasil undian dari warung sebelah, kita hanya diminta percaya bahwa “rakyat kecewa”, tanpa tahu dari mana suara itu berasal dan bagaimana dihitung.

Sungguh mengherankan, di tengah era keterbukaan dan literasi data, kita masih dijejali angka-angka tanpa konteks. Padahal, angka tanpa metodologi adalah propaganda yang menyamar sebagai fakta.

Angka 80,4 persen itu sendiri pun terasa terlalu bombastis. Untuk sebuah pemerintahan yang baru berjalan tiga bulan, dengan masa transisi birokrasi dan adaptasi kebijakan, penilaian publik biasanya masih bercampur antara ekspektasi dan harapan. Apalagi dalam konteks daerah seperti Sumenep, dengan geografis kepulauan yang luas, distribusi kepuasan publik tidak bisa digeneralisasi begitu saja. Jika benar 80 persen warga kecewa, lalu di mana suara itu tumpah? Di daratkah, di pulaukah, atau hanya di kolom komentar media sosial?

BACA JUGA :
Sidang Paripurna Penyampaian LPJ APBD Bupati Bangka Tahun 2021

Yang lebih mengganggu adalah framing media yang seolah ingin mengarahkan opini publik: bahwa pemerintahan Fauzi-Imam telah gagal sejak dini. Tak ada kutipan suara warga, tak ada ulasan kritis atas indikator kinerja, hanya ada satu angka yang dijejalkan berulang-ulang, seperti mantra. Di sinilah publik patut curiga: apakah ini benar-benar survei, atau hanya topeng dari agenda politik yang lebih besar?

Perlu dicatat, bukan berarti kita membela pemerintah secara buta. Kritik terhadap kinerja pejabat adalah bagian dari demokrasi yang sehat. Namun, kritik yang baik harus didasarkan pada data yang sahih, argumen yang masuk akal, dan niat yang jernih. Kita justru melemahkan demokrasi jika membiarkan angka-angka gelap dipakai untuk mengadili kepemimpinan.

BACA JUGA :
Hadiri Peringatan Maulud Nabi, Cawabup Pasangan GABAH Ajak Masyarakat Jaga Kerukunan dan Kedamaian

Jika para pembuat survei dan media penyebarnya ingin dihormati, maka bukalah datanya, jelaskan metodenya, dan tampilkan secara jujur siapa di balik survei itu. Jangan berlindung di balik angka, karena rakyat hari ini tak sebodoh yang mereka kira.

Opini publik bukanlah angka yang bisa dikarang di balik meja. Ia adalah denyut nadi masyarakat yang hanya bisa ditangkap lewat proses ilmiah, terbuka, dan bertanggung jawab. Dan jika survei itu tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tadi, maka ia layak ditaruh di tong sampah opini, bukan di podium kebenaran.


Bambang Supratman. SH.
(Ketua IBM Foundation, tinggal di Sumenep.)