Magetan — Net88.co — Mengacu dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/7/2011 bab II huruf c yang mengatur tentang batas minimal untuk usaha ternak ayam ras, bahwa jarak kandang dengan pemukiman minimal 500 meter dari pagar terluar agar tidak menimbulkan pencemaran udara, air, bau dan kotoran.
Namun hal itu tidak berlaku di Desa Nitikan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, warga mengaku resah keberadaan kandang ayam petelur berada dekat dengan pemukiman warga.
Pasalnya, keberadaan kandang ayam menyebabkan permukiman warga diserang wabah lalat hingga bau tak sedap yang diduga dari kotoran ayam yang berada di peternakan tersebut.
Menurut penuturan seorang warga yang enggan disebutkan identitasnya menyampaikan, serbuan lalat ini sudah dirasakannya sejak 4 tahun selama dirinya menetap didesa tersebut. Malah diperparah dengan masuknya musim penghujan yang berimbas pada meningkatnya jumlah lalat dan intensitas bau menyengat menjadi lebih tinggi.
“Tak hanya pada musim penghujan, saat musim kemaraupun serangan lalat terus terjadi, apalagi musim hujan seperti ini jumlah lalat meningkat lebih banyak ditambah lagi baunya semakin busuk,” katanya. Selasa, (30/01/2024).
Lebih lanjut, kondisi lingkungan di sana sudah sangat memprihatinkan. Lalat langsung menghinggapi makanan yang akan disantap warga di sana. Bahkan, lalat juga menghinggapi makanan atau minuman yang masih dalam kondisi hangat.
Selain itu dirinya sebagai pengusaha makanan ringanpun merasa sangat terganggu, meskipun sudah menerapkan SOP dalam produksi usahanya namun lalat yang hinggap memberikan kesan yang kotor. Bahkan tak jarang jika ada tamu yang datang dirinya merasa malu karena merasa tidak nyaman.
“Jadi kadang-kadang saya kedatangan tamu sungkan juga mau menawarkan minuman, ya maaf, nawarkan minuman lalat banyak sekali, pas buka gelas langsung lalat masuk duluan,” jelasnya.
“Warga mendesak agar pihak terkait cepat mengambil tindakan, jangan nunggu warga terserang penyakit menular dulu, baru pihak terkait bertindak,” imbuhnya.
Dijelaskan, bukan hanya dirinya namun warga yang bermukim disekitaran lokasi kandang ayam sebenarnya juga mengeluh, namun tidak berani untuk mengutarakan pada pihak terkait khususnya pemerintah desa setempat.
“Dampaknya bukan pada saya saja, tapi warga sekitar RT.04 ini sebenarnya juga mengeluhkan tapi tidak ada yang berani untuk menyampaikannya pada pihak-pihak terkait,” terangnya.
Ditambahkan beliau, untuk menanggulangi serangan lalat segala upaya sudah dilakukan, salah satunya dengan menggunakan lem lalat. Dalam sehari ia mengaku menghabiskan sebanyak 10 lem lalat.
“Untuk mengurangi jumlah lalat saya menggunakan lem lalat mbak, dalam sehari itu paling sedikit saya menghabiskan 7 paling banyak 10 lem kertas itu, belum termasuk dimalam hari,” pungkasnya.
Dari informasi yang dihimpun awak media disekitar lokasi, diketahui kadang ayam yang berdekatan dengan pemukiman warga tersebut merupakan peternakan ayam petelur milik seorang warga setempat. Disinyalir jumlah ayam yang diternakkan kurang lebih sebanyak 2000 ekor. Warga mengaku sudah berkali-kali mengeluhkan kejadian ini pada pemilik kandang namun faktanya tidak ada tindakan dan solusi serius untuk menghentikan wabah lalat dan bau menyengat.
“Bahkan saya juga sudah wadul ke Kepala Desa Nitikan sekitar 2 minggu lalu, namun saya tidak tau apakah pihak desa sudah melakukan tindakan atau belum, yang jelas kami minta solusi karena merasa sudah dirugikan,” tutupnya.
Adanya berita ini, awak media akan melakukan konfirmasi dengan Kepala Desa Nitikan terkait permasalahan yang terjadi pada warganya. (Vha)