Situbondo, NET88.CO – Seorang anak laki-laki bernama Refan (10 tahun), asal Dusun Kajer, Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan Situbondo, terpaksa harus menghentikan pendidikannya sejak duduk di kelas dua SD.
Hal ini disebabkan oleh penyakit anemia kronis yang dideritanya sejak usia tujuh tahun.
Darwani (77), nenek dari Refan, mengungkapkan bahwa cucunya mengalami penyakit yang tak diketahui penyebab pastinya. Meski begitu, ia tetap berupaya merawat dan mengobati Refan dengan segenap kemampuan. “Dia harus berhenti sekolah sejak kelas dua SD karena tidak ada teman yang mau mendekatinya. Bau amis dari penyakit yang dideritanya membuatnya dijauhi,” ungkap Darwani.
Menurut Darwani, upaya pengobatan sudah dilakukan berulang kali, termasuk memeriksakan Refan ke rumah sakit di Situbondo. Namun, semua biaya pengobatan selalu ia tanggung sendiri karena tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Sejak awal penyakit itu muncul, saya sudah berulang kali membawanya ke rumah sakit. Semuanya dibayar tunai karena tidak punya fasilitas kesehatan atau bantuan apa pun,” katanya.
Refan tinggal bersama neneknya sejak usia tiga tahun setelah ditinggal ibunya yang bekerja ke luar negeri, tepatnya ke Malaysia. Sang nenek juga harus merawat cucunya seorang diri karena suaminya telah meninggal dunia.
“Saya hanya bekerja serabutan dengan penghasilan sekitar Rp40.000 per hari. Cucu saya satu-satunya harapan saya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Tokoh masyarakat setempat, Moh. Zainullah, turut prihatin dengan kondisi Refan dan sang nenek. Ia mengatakan bahwa Darwani benar-benar hidup dalam keterbatasan dan butuh uluran tangan.
“Saya tergerak untuk membantu menyuarakan kondisinya melalui pemerintah desa dan juga organisasi sosial yang mau membantu. Mereka benar-benar butuh bantuan,” ungkap Zainullah.
Dia juga menambahkan, berdasarkan cerita Darwani, Refan kadang menunjukkan perilaku tidak biasa, seperti memakan tisu, kardus, bahkan Al-Qur’an yang dibawanya saat mengaji. Diduga, hal ini dilakukan karena kondisi lapar atau faktor psikologis akibat tekanan hidup. “Pemerintah daerah, terutama pemerintah desa, harus lebih peduli dan memiliki empati untuk membantu mereka,” tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil komunikasi dengan Ibu Santi dari Puskesmas Kapongan, diketahui bahwa Erfan benar-benar menderita anemia dan membutuhkan transfusi darah.
“Gejala lain yang dialami Refan antara lain gatal-gatal, kekurangan sel darah merah, dan perut yang membuncit. Proses penyembuhan kemungkinan akan memakan waktu cukup lama,” jelasnya. (Sdk)