Bogor.NET88.CO – Di tengah bayang-bayang meningkatnya kasus stunting, diabetes anak, dan kecanduan gadget di Indonesia, sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia (UI) hadir membawa secercah harapan. Mereka datang bukan dengan janji manis, tetapi dengan aksi nyata bertajuk “CERDIK” Cegah Stunting dan Diabetes dengan Kebiasaan Sehat, Selasa (28/10/2025).
Di antara wajah-wajah muda itu, ada satu sosok yang mencuri perhatian, Syakirah Amalia, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia asal Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Dengan langkah pasti dan senyum lembut, Syakirah menjadi figur sentral yang menjembatani dunia akademik dengan kehidupan masyarakat kecil.
“Bagi saya, turun langsung ke lapangan seperti ini bukan sekadar pengabdian. Ini adalah panggilan hati,” ujar Syakirah penuh keyakinan. “Anak-anak di sini adalah wajah masa depan Indonesia. Mereka harus tumbuh sehat, kuat, dan cerdas.”
Selama 6–8 Agustus 2025, Syakirah bersama rekan-rekannya lintas fakultas dari Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Budaya, hingga Ilmu Sosial dan Politik mengubah SDN Carang Pulang 01, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, menjadi pusat pembelajaran hidup.
Di bawah bimbingan Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si., mereka menjadikan ruang kelas sederhana itu laboratorium sosial yang mengajarkan gizi, kesehatan, dan kebiasaan hidup bersih kepada anak-anak.
Program ini diinisiasi oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI (DPIS UI) dengan dukungan Hibah Kepedulian Masyarakat UI 2025.
Bagi Syakirah, program ini bukan seremonial. “Kami tidak ingin ilmu berhenti di ruang kuliah. Kami ingin menyentuh hati masyarakat, terutama anak-anak yang menjadi korban kurang gizi,” tuturnya.
Data resmi menunjukkan Indonesia sedang darurat gizi.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 mencatat 21,6% balita stunting, artinya satu dari lima anak tumbuh pendek dari usia normal.
Sementara itu, International Diabetes Federation (IDF) 2021 melaporkan 19,5 juta orang dewasa Indonesia hidup dengan diabetes, dan Survei APJII 2022 menemukan 62,6% pengguna internet adalah anak dan remaja.
“Anak-anak kekurangan gizi tapi kecanduan layar. Ini paradoks modern yang harus segera kita ubah,” kata Syakirah, yang kerap menjadi juru bicara tim di setiap sesi edukasi. Ia mengingatkan bahwa peran keluarga, terutama ibu, sangat penting dalam menanamkan kebiasaan sehat sejak dini.
Untuk menarik minat anak, Syakirah dan tim UI menciptakan dua karakter lucu bernama Ceri dan Dika, simbol dari semangat CERDIK.
Lewat metode fun learning, anak-anak diajak bermain sambil belajar tentang pola makan seimbang, aktivitas fisik, dan bahaya konsumsi gula berlebih.
Anak-anak menulis komitmen pribadi di “Janji Pohon Sehat”, seperti “Aku minum air putih setiap hari” atau “Aku tidak makan permen sebelum tidur.”
Kertas janji itu ditempel di dinding kelas, menjadi saksi kecil dari tekad besar untuk berubah.
Dari hasil pemeriksaan 191 siswa kelas 2–6 SDN Carang Pulang 01, 72,3% anak memiliki berat badan di bawah normal, 22,5% tergolong stunting, dan 6,8% obesitas. Fenomena ini disebut para ahli sebagai “beban ganda gizi” saat anak kekurangan dan kelebihan gizi terjadi di tempat yang sama.
“Ini bukan hanya angka statistik, ini adalah wajah nyata ketimpangan gizi di Indonesia,” ungkap Dr. Ari Prasetiyo.
Syakirah menambahkan dengan nada prihatin, “Anak yang stunting hari ini, bisa jadi remaja yang kurang percaya diri dan dewasa yang rentan penyakit. Kita tak boleh diam.”
Salah satu kegiatan paling disukai anak-anak adalah Kelas Seru Tanpa Gawai.
Mereka diajak mewarnai tas batik, bermain balap karung, dan mengikuti lomba tradisional.
“Melihat mereka tertawa lepas tanpa gawai, itu kebahagiaan yang tak ternilai,” kata Syakirah sambil tersenyum.
Tak hanya anak-anak, orang tua pun diberdayakan lewat Seminar Kesehatan Keluarga bersama Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M.Biomed., Sp.Par.K., Subsp. Miko(K) dari Fakultas Kedokteran UI.
Materinya membahas pentingnya gizi seimbang dan cara sederhana mencegah stunting dari rumah.
Selain edukasi, tim CERDIK juga membagikan paket sembako dan bahan pangan bergizi kepada keluarga siswa.
“Kami ingin aksi ini menyentuh bukan hanya pikiran, tapi juga perut dan hati,” kata Putri Sugeng Wahyuni, rekan satu tim Syakirah.
Bagi Syakirah, kegiatan ini adalah pembuktian bahwa ilmu kedokteran bukan hanya tentang anatomi tubuh, tetapi juga tentang anatomi kemanusiaan.
“Sehat bukan cuma urusan medis. Ia adalah cermin keadilan sosial,” ucapnya dengan tegas.
Aksi sosial ini didokumentasikan dalam e-book interaktif serta konten edukatif di Instagram, TikTok, dan YouTube @cerdik.ui.
Dari sekolah kecil di Carang Pulang, Bogor, gema perubahan bergulir hingga ke pelosok negeri.
Di balik setiap tawa anak, ada kerja keras mahasiswa muda seperti Syakirah Amalia, putri Sampang yang membuktikan bahwa kepedulian tak mengenal batas daerah maupun status sosial.
Gerakan CERDIK kini bukan sekadar program pengabdian masyarakat, melainkan gerakan nasional kesadaran hidup sehat.
Dari tangan-tangan muda itulah masa depan Indonesia yang cerdas, sehat, dan CERDIK mulai ditulis. (Red)

