SUMENEP, NET88.CO – Ada episode menarik, bahkan bisa dibilang dramatis, dari serial panjang kasus perampokan uang negara lewat program BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) di Kabupaten Sumenep. Cerita ini tak kalah seru dari drama Korea: penuh intrik, narasi penuh luka, dan tokoh utama yang ternyata… antagonis berkedok protagonis.
Semua bermula saat publik terperanjat—seperti disetrum listrik PLN 10 ribu watt—melihat Rizki, sang tersangka pertama dalam perkara dugaan Tipikor BSPS yang menjabat Koordinator Kabupaten, tiba-tiba muncul bukan di pengadilan, tapi… di sebuah podcast. Bukan podcast sembarangan—ini tampak seperti panggung yang sudah disusun rapi, lengkap dengan naskah dan aktor figuran—untuk membongkar “permainan kotor” pencolongan sistematis uang negara yang seharusnya menjadi hak rakyat miskin.
Dalam penampilannya yang penuh percaya diri, Rizki menyebut satu demi satu nama—alias pihak-pihak—yang ia seret ke dalam kubangan skandal. Podcast itu kemudian diperkuat dengan narasi tertulis oleh seorang yang entah LSM atau apa yang selama ini sering “Manggung”, bernada heroik, seolah-olah ia tengah berjuang di medan laga melawan mafia. Bahkan, narasi itu mencoba menautkan skandal ini dengan nama besar: sang Bupati hingga DPR RI. Walau, ya… sejauh ini belum terbukti ada keterlibatan langsung.
Kemunculan tokoh yang dikenal netizen sebagai “Si Gondrong” ini tampil bak jenderal revolusi, orator suci yang mengibarkan bendera moralitas sambil menunjuk-nunjuk ke segala arah. Wartawan, tiktoker, bahkan pengamat yang kritis ikut dijadikan sasaran tembak. Semua yang tidak sejalan dengannya seolah diposisikan sebagai bagian dari konspirasi diam.
Namun… seperti pepatah lama: “Maling teriak maling.”
Tiba-tiba saja, muncul tulisan dari Hambali—si maestro media dari Mata Madura—dengan gaya santainya yang khas. Dalam tulisannya, topeng si Gondrong mulai terkelupas. Lapisan demi lapisan yang coba ditutupi dengan perban sebesar ban truk ternyata tak mampu menyembunyikan bau busuk yang perlahan menguar.
Terkuaklah fakta pahit: uang haram yang ia tuduhkan ke sana ke mari, ternyata hanyalah recehan dari apa yang ia kendalikan sendiri. Sementara teriakannya yang penuh moralitas, hanyalah upaya menutup borok besar yang menganga di punggungnya sendiri.
Dan kita pun paham: mereka yang paling keras meneriakkan kebenaran, seringkali adalah dalang sesungguhnya. Mereka yang menyembunyikan setan di balik sorban, memainkan lakon dengan jubah kesucian padahal memegang komando bagi gerombolan syaitan garong.
Ya, kisah ini seakan ingin mengingatkan kita: dalam panggung politik dan kekuasaan lokal, kadang yang tampil paling suci justru adalah iblis yang sedang berakting. Dan sayangnya, terlalu banyak penonton yang masih terbuai oleh sandiwara murah ini
Penulis : Jambrong Papa Tua