Simeulue, NET88.CO – Mahasiswa Simeulue dari berbagai kampus di Banda Aceh menggelar aksi damai yang penuh makna di depan kantor gubernur Aceh, Rabu (26/11/2025).
Gerakan Mahasiswa Simeulue (GMS) yang menggelar aksi tersebut tidak hanya membawa suaranya, tapi juga tiga poin tuntutan krusial yang menyayat hati nurani masyarakat pulau terluar itu.
Pertama, meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh membatalkan wacana pengalihan rute KMP Aceh Hebat 1 ke Grueng Keukeu-Penang. Kedua, mendesak pemerintah provinsi Aceh untuk menuntaskan infrastruktur jalan lingkar yang ada di kabupaten Simeulue . Ketiga, mendesak pemerintah provinsi Aceh segera menyelesaikan pembangunan irigasi di Desa Sigulai, Kecamatan Simeulue Barat, Kabupaten Simeulue.
Alwan Samri, seorang aktivis muda Aceh, menyampaikan bahwa aksi ini bukan sekadar demonstrasi, melainkan upaya menyampaikan aspirasi masyarakat yang selama ini terpendam. Masyarakat Simeulue masih sangat membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah provinsi terkait pembangunan kebutuhan dasar yang sangat krusial.
“Aksi ini bertujuan menyampaikan aspirasi masyarakat Simeulue yang terkait kebutuhan dasar. Kami membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah terkait pembangunan di Simeulue” ulang Alwan yang didukung mahasiswa Aksi.
Mahasiswa yang berunjuk rasa sempat memintak pemerintah Aceh untuk berdialog terbuka langsung di tengah-tengah mahasiswa. Namun, harapan itu tidak terjadi ketika tidak ada satupun pejabat pemerintah yang muncul tanpa alasan yang jelas.
“Kami meminta agar pemerintah Aceh menjumpai kami, tapi tanpa alasan yang jelas, mereka tak kunjung datang. Dikatakan sekda dan Kadishub akan segera tiba, tapi sekitar 1 jam lebih kami menunggu dan tak ada tanda-tandanya. Ada apa dengan pemerintah Aceh?” tanya Alwan dengan nada kesal.
Aktivis muda ini juga menyoroti kondisi infrastruktur jalan lingkar Simeulue dan irigasi di Desa Sigulai sebagai layanan pembangunan yang tidak boleh diabaikan.
“Ini bukan hanya soal polemik kapal KMP Aceh Hebat yang kita suarakan . Ada banyak ketimpangan dan keresahan yang dirasakan masyarakat Simeulue. Juga tidak kala penting adalah kurangnya perhatian terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Seperti di Kecamatan Alafan, Simeulue Barat, dan lainnya Jauh dari kata layak pakai. Orang tua kami berjalan di atas kerikil dan lubang yang berbahaya setiap hari untuk mencari nafkah. Bertahun-tahun mereka menunggu jalan aspal, tapi selalu hanya menjadi narasi kampanye politik”. ungkapnya dengan nada sedih.
Terkait irigasi Sigulai yang sudah mencapai 80% tahap pembangunan dengan anggaran Rp 174,2 miliar, pihaknya menegaskan pemerintah Aceh segera menuntaskan proyek tersebut.
“Irigasi ini sangat penting karena akan mendorong perkembangan ekonomi, meningkatkan produktivitas pertanian, dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.” jelas Alwan.
Alwan menegaskan bahwa pemerintah, harus memperhatikan pembangunan di daerah-daerah terpencil.
“Pemerintah Aceh harus memperhatikan daerah-daerah terpencil seperti Simeulue. Kami butuh perhatian khusus dan keadilan jangan sampai kita terus dilatarbelakangi dan terlupakan di sudut pulau ini.” Tegasnya
Harapan mahasiswa dan masyarakat Simeulue kini terpasang tinggi. Harapannya semoga aksi damai ini menjadi titik awal perubahan nyata, bukan hanya sekadar suara yang hanyut tertiup angin laut pulau terluar Sumatera.
“Harapan kami semoga aksi damai ini mendapat perhatian dari pemerintah, jangan sampai aspirasi masyarakat yang kami suarakan hanyut tertiup angin laut pulau terluar Sumatra. Kami tetap bersuara untuk menuntut keadilan”. Tutup Alwan

