Bondowoso||NET88.CO
Trend konsep smart city akhir-akhir ini membuat banyak pemerintah daerah kalap belanja urusan teknologi informasi, entah karena pertaruhan harga diri sebuah daerah, atau sekedar ikut-ikutan saja.
Yang pasti proyek IT masih menjadi lahan empuk bernilai fantastis yang rawan dikorupsi.
Berbagai sumberdaya teknologi misal perangkat keras (hardware) seperti komputer, PC, laptop atau notebook yang harga pembelian berkali-kali lipat ketimbang harga pasar dengan merk dan spesifikasi yang sama serta hampir setiap tahun dilakukan pembelian.
Apalagi kalau pengadaan barang berupa barang yang tidak punya standar harga misal perangkat lunak (software) seperti aplikasi khusus, web dan proyek pembangunan Sistem Informasi di suatu instansi pemerintah daerah.
Harganya bisa gila-gilaan..
Panik teknologi juga merambah ke sebuah daerah Kota Tape. Apalagi dengan trend smart city sekarang ini, Kota ini gencar-gencarnya memanfaatkan teknologi IT guna memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat.
Dana yang digelontorkan untuk itu tak tanggung-tanggung dan gila-gilaan walau biaya yang dikeluarkan kadang tak sebanding dengan hasil yang diharapkan.
Diawali dengan fokus pada Dinas Urusan Teknologi (DUT) yang melakukan rekruitmen sendiri pasukan kontrak IT tanpa melalui Dinas SDM dengan alasan bahwa pasukan IT resmi dari Dinas SDM tidak cukup banyak dan tidak cukup mampu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan IT serta alasan bahwa jika daerah selalu membeli aplikasi atau menyewa tenaga untuk perawatan hardware dan jaringan akan memakan biaya yang lebih besar.
Dinas yang dahulu dipimpin oleh seorang Srikandi Daerah ini membentuk pasukan elit IT yang jumlahnya gak tanggung-tanggung dan digaji setiap bulan menggunakan anggaran daerah.
Ada beberapa divisi pasukan diantaranya pasukan Server, pasukan Jaringan, dan Pasukan Aplikasi.
Kembali pada anggaran Dinas Urusan Teknologi dengan berbagai alokasi seperti biaya gaji pasukan IT, biaya pengembangan aplikasi, biaya instalasi, biaya pemeliharaan design website, biaya koneksi IP, biaya sewa panel, biaya sewa saluran, biaya sewa koneksi internet biaya sewa koneksi server, biaya pemeliharaan jaringan, biaya pemeliharaan server dan yang aneh biaya pembuatan artikel.
Biaya-biaya dengan berbagai alokasi itu seolah-olah dibuat sedemikian hingga agar pekerjaan IT itu adalah rumit dan mahal.
Sekiranya ditotal dengan satuan berat biaya sewa menelan hingga 2 ton satuan berat, belom lagi ditambah kekurangan di anggaran perubahan, sungguh fantastis, wooowww.
Selesaikah????…
Belum.
Biaya satuan berat 2 ton masih ditambah lagi anggaran belanja bandwith yang beratnya 6 ton, sungguh fantastis. Jadi apakah masyarakat kota tape harus bilang waouw gitu?????
Waouw ditengah krisis bencana covid 19 yang membuat prihatin di semua sektor tetapi sungguh fantastis di urusan IT.
Bersambung.
Penulis : Edy Junaedi (Anggota PJI)