SUMENEP NET88.CO
Slogan “Bismillah Melayani” yang diusung Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo dan Wabup Kiai Imam Hasyim bukan hanya kalimat seremonial. Ia adalah janji moral bahwa pembangunan di Kabupaten Sumenep harus berorientasi pada pelayanan nyata, bukan sekadar pencitraan. Menjelang akhir tahun 2025, inilah saat yang tepat untuk menilai sejauh mana janji itu diwujudkan, sekaligus apa yang harus diperbaiki untuk menyongsong tahun 2026—baik di wilayah daratan maupun kepulauan.
Pembangunan: Banyak Kemajuan, Tapi Tantangan Masih Menganga*
Tidak bisa dipungkiri, sejumlah pembangunan infrastruktur telah berjalan: jalan desa, akses antar-kecamatan, dan sejumlah program peningkatan fasilitas publik. Namun, keberhasilan pembangunan tidak diukur dari banyaknya proyek yang diresmikan, tetapi dari seberapa besar masyarakat merasakan manfaatnya.
Di beberapa wilayah, terutama kepulauan, akses layanan dasar masih belum merata. Transportasi antar-pulau, ketersediaan listrik stabil, jaringan internet, dan infrastruktur kesehatan masih perlu perhatian serius. Bismillah Melayani seharusnya bermakna bahwa masyarakat kepulauan tidak boleh menjadi “warga kelas dua”. Tahun 2026 harus menjadi tahun pemerataan, bukan sekadar pembangunan simbolik.
Ketersediaan Lapangan Kerja: PR Besar 2025*
Tingkat pengangguran, terutama di kalangan anak muda, masih menjadi masalah klasik di Sumenep. Pembangunan fisik tidak otomatis menciptakan lapangan kerja jangka panjang. Padahal, Kabupaten Sumenep memiliki potensi besar:
- Sektor pariwisata (Pantai Lombang, Gili Iyang, Gili Labak, dan lainnya)
- Industri kreatif dan UMKM
- Pertanian dan perikanan
- Energi terbarukan di kepulauan
Hanya saja, potensi tanpa keberanian membuat terobosan kebijakan akan tetap menjadi potensi. Pemerintah perlu memperluas kerja sama dengan pihak swasta, memperbanyak pelatihan kerja berbasis skill masa depan, dan memastikan investor benar-benar membuka lapangan kerja, bukan sekadar membuka papan nama proyek.
Tahun 2026 harus menjadi tahun “Ledakan Ekonomi Kerakyatan”, bukan hanya tahun seremoni dan festival.
Kesehatan: Pelayanan Meningkat, Tetapi Pemerataan Masih Lemah*
Beberapa puskesmas dan rumah sakit memang mengalami peningkatan layanan. Namun tantangan terbesar masih sama: akses. Masyarakat kepulauan sering kesulitan mendapat layanan medis cepat karena keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan.
Fokus 2026 harus meliputi:
- Penambahan tenaga medis di kepulauan
- Fasilitas medis bergerak / floating clinic
- Layanan telemedisin yang benar-benar diterapkan
- Pembaruan alat kesehatan dan percepatan layanan gawat darurat
Kesehatan adalah hak, bukan privilese geografis.
Pendidikan dan Tantangan AI: Apakah Kita Siap?*
Era kecerdasan buatan (AI) telah datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Dunia pendidikan di Sumenep harus berubah jika ingin generasi mudanya bersaing.
Saat ini, tantangannya adalah:
- Minimnya literasi digital tenaga pendidik
- Sarana TIK yang belum merata
- Kurangnya pelatihan kurikulum berbasis teknologi
- Ketimpangan antara sekolah daratan dan kepulauan
Padahal AI bukan ancaman, tetapi alat yang bisa mempercepat kualitas belajar. Kabupaten Sumenep semestinya mendorong:
*Program 2026 untuk Dunia Pendidikan
- Pelatihan guru berbasis AI dan kurikulum masa depan
- Penyediaan perangkat pembelajaran digital di sekolah terpencil
- Kolaborasi dengan kampus dan komunitas digital
- Inkubator teknologi untuk siswa SMA/SMK
- Pembangunan “Pusat Pembelajaran AI” di beberapa titik strategis
Jika pendidikan tidak menyesuaikan diri, generasi Sumenep akan menjadi penonton, bukan pemain di masa depan.
*Harapan 2026: Dari Slogan ke Aksi Nyata
“Bismillah Melayani” harus menjadi kompas, bukan sekadar slogan yang ditempel di banner. Tahun 2026 harus diarahkan pada:
- Pemerataan pembangunan daratan–kepulauan
- Penciptaan lapangan kerja berbasis potensi lokal
- Transformasi pelayanan kesehatan
- Revolusi pendidikan era AI
- Kolaborasi pemerintah–komunitas–investor
- Transparansi anggaran dan pengawasan publik
Sumenep punya modal sosial dan budaya yang kuat. Yang dibutuhkan adalah keberanian mengambil langkah strategis, bukan hanya langkah administratif.
” Melayani Bukan Sekadar Mengucap
Masyarakat Sumenep menunggu bukan sekadar laporan keberhasilan, tetapi perubahan nyata yang bisa dirasakan. Jika tahun 2025 adalah masa penyesuaian, maka tahun 2026 harus menjadi masa percepatan. Dengan semangat Bismillah Melayani, pemerintah wajib memastikan setiap kebijakan benar-benar kembali kepada rakyat.
Penulis :
Adv. Jecky Susanto. S.H.,
Advokat / Pengacara

